SEJARAH ORDE LAMA
Assalamualaikum, disini sayaakan membahas tentang sejarah
masa orde lama. Untuk lebih jelasnya mari kita simak artikel berikut. Selamat
membaca….
PENGERTIAN ORDE
Orde berasal dari bahasa Latin yaitu kata “ordo” yang berarti
deretan, susunan, kelas, aturan, atau ketertiban. Oleh karena itu, pengertian
orde dapat diartikan sebagai suatu bagian/anggota yang memiliki banyak unsur
yang diatur melalui prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut dapat mengatur
bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan yang lainnya, sehingga timbul
suatu kesatuan yang tersusun baik.
ORDE LAMA
Orde lama adalah masa pemerintahan Setelah kemerdekaan,
Indonesia mengalami beberapa periode pemerintahan diantaranya orde lama, orde
baru, dan reformasi.Orde lama adalah
sebutan bagi periode pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno yang
berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun 1968. Pada periode ini,
Presiden Soekarno berlaku sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.
Sistem Pemerintahan Orde Lama
Pada masa orde lama, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami
beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan
presidensial, parlementer, demokrasiliberal, dan sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin. Berikut penjelasan sistem pemerintahan masa Soekarno:
Masa Pemerintahan Pasca
Kemerdekaan (1945-1950)
Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari
presidensial menjadi parlementer. Dimana dalam sistem pemerintahan
presidensial, presiden memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai badan eksekutif dan
merangkap sekaligus sebagai badan legislatif.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ini juga terjadi
penyimpangan UUD 1945. Berikut Penyimpangan UUD 1945 yang terjadi pada masa
orde lama:
Fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
berubah, dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR.
Terjadinya perubahan sistem kabinet
presidensial menjadi kabinet parlementer.
Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal
Pada tahun 1950, Soekarno menetapkan sistem pemerintahan bagi
Indonesia. Sistem yang dipakai adalah sistem pemerintahan demokrasi liberal. Di
dalam sistem ini, presiden hanya bertindak sebagai kepala Negara, presiden
hanya berhak mangatur formatur pemilihan kabinet. Oleh karena itu, tanggung
jawab pemerintahan ada di tangan kabinet. Presiden tidak dapat bertindak
sewenang-wenang terhadap jalannya pemerintahan. Adapun kepala pemerintahan
dipegang oleh seorang Perdana Menteri.
Pada masa demokrasi liberal ini, partai-partai seperti PNI dan
PKI, Masyumi memiliki partisipasi yang sangat besar di dalam pemerintahan.
Mereka mendapatkan kursi-kursi di dalam parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat)
sebagai perwakilan rakyat Indonesia. Atas dasar amanat Undang-undang Dasar
Sementara 1950, maka dibentuklah kabinet yang bertanggung jawab kepada
parlemen. Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapatkan dukungan mayoritas
dari perlemen, jika tidak mandate yang telah diberikan haru sdikembalikan lagi
kepada presiden. Setelah itu, dibentuk kembai kabinet baru untuk menggantikan
kabinet selanjutnya agar dapat menjalankan roda pemerintahan.
Kabinet-kabinet yang pernah berkuasa sejak dimulainya penerapan
sistem pemerintahan demokrasi liberal adalah kabinet Natsir (1950-1951),
kabinet Sukiman-Suwirjo (1951-1952), kabinet Wilopo (1952-1953), kabinet Ali
Sastroamidjojo I (1953-1955), kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956), kabinet
Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), dan kabinet Djuanda (1957-1959). Oleh karena
itu, satu hal yang menjadi ciri dasar pada sistem pemerintahan ini adalah
kabinet yang sering berubah-ubah.
Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet-kabinet yang terbentuk
banyak mengalami hambatan terutama dari tubuh parlemen itu sendiri. Bentuk
Negara yang belum sempurna, adanya beberapa daerah yang masih dibawah kekuasaan
Belanda, dan adanya perbedaan kepentingan politik antar anggota parlemen
membuat kabinet yang ada susah untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya.
Pada masa demokrasi liberal ini, Indonesia berhasil menjalankan
pemilu pertama pada tanggal 29 September 1955 dengan agenda untuk memilih
anggota parlemen yang akan dilantik pada 20 Maret 1956. Pada pemilu ini juga,
Indonesia berhasil membentuk suatu badan yang bertugas untuk menyusun
konstitusi tetap dari Negara Indonesia yang diberi nama dengan Badan
Konstituante.
Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin
Berbagai kekacauan yang terjadi saat diterapkannya demokrasi
liberal, memaksa Indonesia untuk mulai membentuk suatu sistem pemerintahan baru
yang lebih baik. Maka pada tahun 1959, Soekarno selaku presiden pada saat itu
memperkenalkan suatu sistem pemerintahan baru yang diberi nama Demokrasi
Terpimpin. Perbedaan mendasar antara sistem pemerintahan demokrasi liberal dan
demokrasi terpimpin terletak pada kekuasaan presiden. Di dalam demokrasi
liberal, parlemen memiliki kekuasaan yang luas untuk menjalankan pemerintahan
dan pengambilan keputusan Negara. Namun di dalam sistem demokrasi terpimpin,
presiden lah yang memiliki kekuasaan tersebut, bahkan presiden memikili
kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.
Secara resmi, Indonesia mulai menerapkan sistem demokrasi
terpimpin sejak dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 oleh presiden Soekarno. Maka pada saat itu, kabinet
Djuanda dibubarkan dan digantikan dengan kabinet kerja yang dipimpin oleh
Soekarno sendiri selaku perdana menteri dan Ir.Djuanda selaku menteri pertama.
Pada masa pemerintahan ini, focus kebijakan berada di sector pangan, sandang,
dan pembebasan Irian Barat. Di masa ini juga, Indonesia membentuk badan-badan
eksekutif maupun legislative seperti MPRS, DPRS, DPA, Depernas, dan Front Nasional.
MASA PERALIHAN MASA ORDE LAMA
KE ORDE BARU
Gerakan 30 September
1965.
Salah satu peristiwa yang paling membekas dalam sejarah
perjalanan bangsa Indonesia adalah peristiwa G30S/PKI yang masih menuai
kontroversi sampai sekarang. Salah satu versi tentang pergerakan ini timbul
dari pemerintahan orde baru yang menyatakan bahwasanya gerakan ini dilakukan
untuk merebut kekuasaan tertinggi yang berada di tangan Soekarno selaku
pimpinan tertinggi Angkatan Bersenjata dan Presiden Seumur Hidup berdasarkan
konsep dalam sistem Demokrasi terpimpin. Tindakan ini dipimpin oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan bantuan beberapa organisasi-organisasi underbouw
yang masih tersisa pasca peristiwa 1948.
Dampak-dampak yang ditimbulkan akibat gerakan ini antara lain
adalah :
a. Timbulnya Demonstrasi Menentang PKI.
Penyelesaian terhadap G30S/PKI ini sejatinya akan diputuskan
saat sidang Dwikora pada tanggal 6
Oktober 1965. Namun, massa yang sudah tidak sabar menuntut agar
penyelasaian ini dilaksanakan secepatnya dengan cara seadil-adilnya. Maka
timbullah berbagai demonstrasi massa menuntut hal tersebut.
b. Mayjen Soeharto Diangkat Menjadi Panglima AD
Pada saat tengah berlangsungnya sidang Kabinet Dwikora yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno, ajudan presiden melaporkan bahwa di luar
istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana
Menteri Dr.Johannes Leimena dan beliau berangkat menuju istana Bogor didampingi
oleh Waperdam I Dr.Subandrio dan Waperdam II Chairul Saleh.
Di tempat yang lain, tiga orang perwira tinggi Angkatan Darat
yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigadi rJenderal M.Yusuf, dan Brigadir
Jenderal Amir Mahmud bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima
Kostrad/Pangkopkamtib untuk meminta izin menghadap Presiden. Setelah
mendapatkan izin, mereka berangkat menuju Bogor dan melaporkan kepada Soekarno
bahwa ABRI khususnya AD sudah dalam kondisi siap siaga, namun mereka juga
meminta presiden untuk mengambil kebijakan untuk mengatasi keadaan ini.
Menanggapi laporan tersebut, presiden Soekarno mengeluarkan
Surat Perintah Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan nama Supersemar
yang ditujukan kepada Letjen Soeharto selaku Pangkopkamtib untuk mengambil
tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas
pemerintahan demi keutuhan NKRI.
Jatuhnya Kekuasaan Orde Lama
Dalam rangka menjalankan Supersemar, Soeharto menjalankan
beberapa kebijakan untuk menangkap dan meruntuhkan rezim PKI dan
pengikut-pengikutnya di Indonesia. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi :
- Pembubaran dan pelarangan PKI
dan ormas-ormasnya
- Menangkap 15 orang menteri
kabinet Dwikora yang dicurigai terlibat PKI
- Membersihkan DPRGR dan MPRS
dari orang-orang PKI
- Pembentukan Kabinet Ampera
Kebijakan-kebijakan ini dirasa cukup untuk menanggapi Tiga
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang dilancarkan untuk menjaga stabilitas Negara
sejak dilancarkannya G30S/PKI. Di dalam Kabinet Ampera itu sendiri, Soekarno
medapatkan tempat selaku pimpinan. Akan tetapi, pelaksanaan kebijakan tetap
dipegang oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jend.Soeharto. akibatnya,
terjadi dualisme kepemimpinan yang menjadi kondisi kurang menguntungkan
mengingat stabilitas Negara yang belum normal.
Soekarno kala itu masih memiliki pengaruh politik, namun
kekuatannya perlahan-lahan dilemahkan. Kalangan militer kebertaan dengan
kebijakan-kebijakan yang dimabil oleh Soekarno yang dirasa berpihak kea rah
komunisme. Ditambah dengan mengalirnya bantuan dari Uni Soviet dan Tiongkok
semakin menambha kecurigaan mereka terhadap presiden Soekarno.
Akibatnya, pada 22 februari 1967, dalam rangka untuk mengatasi
konflik yang semakin memanas, presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada
Jend.Soeharto. penyerahan kekuasaan ini dilengkapi dengan Pengumuman Presiden
Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI tanggal 20 februari 1967. Pengumuman
tersebut dilatarbelakangi atas ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966 yang menyatakan
apabila presiden berhalangan, maka pemegang Supersemar yang memegang jabatan
presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan keterangan pemerintah
di hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan kekuasaan. Namun,
pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar penyerahan
kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS
pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi mengangkat
Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh
MPR hasil pemilihan umum.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASA ORDE LAMA
- KELEBIHAN
- Indonesia berhasil merebut kembali Irian Barat dari Belanda melalui jalur diplomasi dan militer
- Indonesia berhasil menginisiasi berdirinya Gerakan Non- Blok melalui KTT Asia- Afrika di Bandung pada tahun 1955
- Indonesia berhasil menunjukkan eksistensi yang patut diperhitungkan oleh kedua blok raksaksa dunia pada masa itu
- Mampu membangun integritas nasional
- Merupakan negara yang mempunyai prinsip yang kuat
- Kelemahan
- Sistem demokrasi terpimpin
- Situasi politik yang tidak stabil terlihat dari banyaknya pergantian kabinet yang mencapai 7 pergantian kabinet yaitu:
-1950-1951-Kabinet Natsir
-1951-1952-Kabinet Sukiman-Suwirjo
-1952-1953-Kabinet Wilopo
-1953-1955-Kabinet Ali Sastroamidjojo I
-1955-1956-Kabinet Burhanuddin Harahap
-1956-1957-Kabinet Ali Sastroamidjojo II
-1957-1959-Kabinet Djuanda
- Pertentangan ideologi antara nasionalis, agama dan komunis (NASAKOM)
-Tidak adanya kesepakatan antara Dewan Konstituante dan DPR untuk memutuskan apakah akan diberlakukan UUD yang baru atau kembali menggunakan UUD 1945
- Terjadinya inflasi yang mengakibatkan harga kebutuhan pokok menjadi tinggi
- Membubarkan DPR oleh presiden (soekarno)
Demikian artikel yang dapat disampaikan. Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum.