Assalamualaikum wr.wb. disini saya akan berbagi pengetahuan tentang ilmu pengetahuan Sosial (IPS) untuk adek-adek kelas IX yang berjudul Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Untuk
materinya langsung aja yaa… selamat membaca
A. PENGERTIAN
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
Secara
etimologi, kolonialisme barasal dari kata colunus (colonia)
yang berarti menguasai. Jadi makna kolonialisme adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh suatu bangsa untuk menguasai bangsa yang lain di luar dari
wilayahnya sendiri. Ada banyak tujuan bangsa-bangsa barat melakukan kolonialisme,
yaitu ingin mencari dominasi kekuatan baik itu dari segi ekonomi, sumber daya
alam, sumber daya mansia, maupun politik. Terlebih lagi, suatu anggapan yang
telah sangat berkembang yang menganggap bahwa bangsa yang melakukan kolonisasi
lebih baik dari bangsa yang dikolonikan.
Sedangkan imperialisme secara
etimologi berasal dari kata “imperare” yang berarti memerintah. Oleh karena
itu, pengertian dari imperialism yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh suatu
bangsa untuk memerintah bangsa lain di luar dari wilayahnya sendiri.
Imperialism dijalankan dengan penuh paksaan demi mencapai tujuan bangsa yang
melakukannya.
Maka,
antara kolonialisme dan imperialism memiliki hubungan yang sangat erat.
Bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia ingin melakukan kolonialisme dan
imperialism hanya demi mencapai tujuan dari bangsa itu sendiri, tanpa
mementingkan penduduk pribumi.
Secara
umum, kolonialisme dan imperialism yang dilakukan bangsa Barat di Indonesia
didasari oleh beberapa hal, yaitu mencari kekayaan sebanyak-banyaknya (gold),
menyebarkan paham atau agama mereka (gospel), dan mencari kejayaan dan
kedaulatan (glory). Dengan dasar tersebutlah, bangsa-bangsa Barat melakukan
kegiatan kolonialisme dan imperialism nya di seluruh penjuru dunia.
B. PROSES MASUKNYA
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
Revolusi
industry yang terjadi di Eropa mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk melakukan
penjelajahan samudera dengan tujuan mendapatkan bangsa jajahan. Pada awal
kedatangannya, bangsa Eropa berkenalan dengan penduduk pribumi dengan memperkenalkan
diri sebagai pedagang yang ingin melakukan perdagangan di Indonesai secara
bersama-sama dengan pedagang pribumi. Akan tetapi, lama-kelamaan, para pedagang
Eropa berhasil menguasai praktik perdagangan di Indonesia dan melakukan
eksploitasi secara besar-besaran di Indonesia.
1. Latar Belakang
Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
Bangsa
barat datang dan masuk ke Indonesia memiliki beberapa latar belakang yang
mendorong keinginan untuk merebut, menguasai, dan memerintah bangsa Indonesia.
Diantaranya adalah terjadinya Perang Salib pada tahun 1070-1291. Perang ini
melibatkan bangsa Eropa yang berlatar belakang beragama Kristen berhadapan
dengan kekhalifahan turki Utsmani yang beragama Islam. Akibat dari perang ini,
pasukan dari Eropa mengalami kekalahan, sehingga kota Konstantinopel (Byzantium)
berhasil direbut oleh pasukan muslim yang mengakibatkan Sultan Mahmud II yang
menguasa Turki Utsmani pada saat itu menutup pelabuhan Konstantinopel bagi
bangsa Eropa. Hal itu mengakibatkan orang-orang Eropa kesulitan untuk
mendapatkan hasil alam berupa rempah-rempah.
Berdasarkan hal itu, maka
bangsa-bangsa Eropa melakukan perjalanan untuk ke seluruh penjuru dunia untuk
menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Indonesia yang notabene merupakan
daerah penghasil rempah-rempah, tidak luput dari invasi mereka. Mereka juga
membawa misi lain yaitu gold, gospel, and glory di dalam perjalannya. Ditambah
dengan adanya semangat reqonguesta yang berarti semangat pembalasan terhadap
kaum muslim dimanapun berada. Semangat-semangat tersebut yang menjadikan bangsa
Eropa berani melakukan kolonialisme dan imperialism di Indonesia.
2. Bangsa Eropa yang
Melakukan Kolonialisme dan Imperialisme
Tercatat,
ada 3 bangsa besar yang terlebih dahulu melakukan kegiatan kolonialisme dan
imperialism di Indonesia. Ketiga bangsa itu ialah Portugis, Spanyol, Inggris
dan Belanda.
Bangsa portugis memulai melakukan penjajahan dengan diadakannya
perjalanan seorang Portugis yang bernama Bartholomeu Diaz (1450-1500), diaberhasil
mengarungi samudra hingga ke Benua Afrika (Tanjung Harapan) pada tahun 1486. Setelah
itu, ada juga Vasco da Gama (1469-1524) yang berhasil mendarat di
Calkuta India pada 22 Mei 1498. Lalu, juga ada Alfonso
d’ Albuquerque (1453-1515) yang berhasil mendarat di Malaka dan merebutnya
pada tahun 1511.
Selain
bangsa portugis, juga ada bangsa Spanyol yang juga melakukan perjalanan ke
seluruh penjuru dunia dengan tujuan yang sama. Bangsa
Spanyol memulai kolonialisme dari seorang Christopher Columbus
(1451-1506), dia bersama dengan Amerigo Vespucci berhasil menemukan
Benua Amerika.Lalu, terdapat Ferdinand Magelhaens (1519-1521) yang
melakukan ekspedisi hingga ke Kepulauan Filipina pada tahun 1920. Selanjtnya
juga ada Ferdinand Cortez yang berhasil masuk dan merebut serta menduduki
Mexico tahun 1519 dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku
Maya di Yucatan. Yang terakhir, ada Pizzaro yang berhasil menaklukkan
kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca pada tahun 1530.
Setelah
bangsa Spanyol, diikuti dengan bangsa Inggris. Bangsa Inggris melakukan invasi
ditandai dengan kedatangan beberapa tokoh penjajah berkebangsaan Inggris.
Mereka ialah Sir Francis Drake (1577-1580) yang melakukan pelayaran
keliling dunia hingga memborong rempah-rempah diIndonesia tepatnya di daerah Ternate. Lalu,
ada Pilgrim Fathers yang melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga
mendarat di Amerika Utara.Setelahnya, ada Sir James Lancester yang berhasil
mendarat di Aceh dan Penang pada tahun 1591, dilanjutkan dengan invasi pada
tahun 1602 ke Banten.
Lalu juga
ada Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di Ternate,
Tidore, Ambon dan Banda. William Dampier yang pada tahun 1688 berhasil
mendarat di Australia kemudian melanjutkan pelayaran dengan menelusuri pantai
ke arah Utara. James Cook pada tahun 1770 berhasil mendarat di Pantai
Timur Australia sehingga diklaim sebagai penemu Benua Australia.
Terakhir,
bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia ialah bangsa Belanda yang ditandai dengan Barentz,
pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara. Cornelis
de Houtman, pada tahun 1596 berhasil mendarat di Banten. Dan Jacob
van Neck yang berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan
berhasil mendapatkan rempah-rempah yang banyak.
Belanda
juga membentuk kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC). VOC dibentuk oleh pemerintah Belanda dengan tujuan untuk memonopoli
perdagangan di Indonesia, serta untuk menghindari perselisihan di antara
pedagang dari Belanda sendiri. VOC mendapatkan beberapa hak istimewa yang
diberikan oleh pemerintah Belanda. Hak-hak itu ialah :
- The
right of trade monopoly (hak memonopoli dagang)
- The
right to haves armed forces and build forts
(hak untuk memiliki kekuatan tentara sendiri dan mendirikan
benteng-benteng)
- The
right to make agreements with local aothorities or kings
(hak untuk membuat perjanjian kerjasama langsung dengan kekuasaan di
wilayah tersebut).
- The
right to have its own currency (hak untuk memiliki mata uang
sendiri)
Ke-4
hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda ini membuat
pedagang-pedagang Belanda di Indnoseia mulai melakukan monopoli serta melakukan
penjajahan terhadap pedagang atau penduduk pribumi. Kehadiran daripada VOC yang
terus menguat dan melakukan penguasaan di Indonesia membuat bangsa Portugis
takluk dan pergi dari Indonesia.
C. KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN KOLONIAL YANG BERDAMPAK PADA KEHIDUPAN RAKYAT INDONESIA
1. Masa Pemerintahan
Herman Willem Daendels (1808-1811)
Sejak
tahun 1906, Belanda diperintah oleh orang Perancis yang bernama Napoleon
Bonaparte. Otomatis, Bepanda merupakan sekutu dari Perancis. Di Eropa, Inggris
merupakan musuh besar bagi bangsa perancis. Oleh sebab itu, raja Napoleon
Bonaparte menunjuk seorang Gubernur Jenderal untuk memerintah di Indonesia. Hal
ini karena dengan dikuasainya wilayah Indonesia, maka wilayah kekuasaan
perancis akan bertambah kuat. untuk itu, Raja Napoleon memberikan tugas kepada
Herman Willem Daendels untuk memperkuat dan menpertahankan kekuasaan di
Indonesai dari serangan Inggris, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk
biaya perang melawan Inggris, dan memperbaiki kondisi keuangan pemerintah yang
telah kosong.
Dengan ditunjuknya
Daendels, dia bergerak cepat dengan merekrut tentara, mendirikan
benteng-benteng pertahanan, mendirikan pabrik mesiu/senjata di Semarang dan
Surabaya, medirikan rumah sakit tentara, membuat jalan dar Anyer sampai ke
Panarukan yang total berjarak 1100 km, membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung
Kulon, serta mengubah system pemerintahan dari gaya kerajaan menjadi sitem
pemerintaha yang berlaku di Eropa, dimana Pulau Jawa dabgai menjadi sembilan
wilayah yang disebut perfektur. Setiap perfektur dipimpin oleh seorang residen,
yang mana satu orang residen membawahi beberapa orang bupati.
Di bawah kekuasaannya,
Daendels bersikap sangat keras dan disiplin, sehingga dia sangat dibenci baik
itu oleh kaum pribumi maupun penguasa yang berada di bawah pimpinannya.
Ditambah dengan system kerja rodi yang diterapkan pada para pekerja, membuat
rencana perlawanan terhadapnya mulai bermunculan di beberapa wilayah di
Indonesia. Berita ini terdengar oleh Daendels, sehingga ia membutuhkan banyak
uang untuk melakukan perlawanan. Dengan strateginya yang menjual tanah Negara kepada
pihak swasta asing (pembelian tanah disertai penguasaan rakyat yang ada di
atasnya), dia dipanggil kembali oleh raja napoleon Bonaparte dan digantikan
oleh Jan Willem Jansnsen.
2. Masa Pemerintahan
Jan Willem Janssen (1811)
Setelah
masa pemerintahan Herman Willem Daendels berakhir dan diperintahkannya Jan
Willem Janssen menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia, pengaruh Belanda dan
Perancis perlahan-lahan mulai surut. Itu dikarenakan pola pemerintahan pada mas
ini kurang taktis dan sangat lemah, sehingga Jan Willem Janssen menyerah kepada
Inggris. Hal ini bermula saat Inggris menyerang Indonesia, Jan Willem Janssen
tidak dapat berbuat banyak. Maka diapun menyetujui perjanjian yang dinamakan
“perjanjian Kapitulasi Tuntang” pada tahun 1811. Isi perjanjian ini diantaranya
militer Belanda yang ada di Asia Timur jatuh ke tangan militer Inggris. Lalu,
utang pemerintah Belanda juga tidak diakui oleh Inggris. Ditambah dengan
wilayah Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan milik Belanda di wilayah
kekuasaannya menjadi sepenuhnya hak milik Inggris. Maka oleh sebab itu,
Indonesia sepenuhnya jatuh ke tangan penjajahan Inggris yang dipimpin oleh
seorang Gubernur Jenderal bernama Thomas Stamford Raffless.
3. Masa Pemerintahan
Thomas Stamford Raffless
Terjadi
perbedaan yang snagat mencolok diantara masa pemerintahan yang dipimpin oleh
Belanda dengan system pemerintahan yang dipimpin oleh Inggris. Pada masa Thomas
Stamford Raffless, dia menghapuskan beberapa kebijakan yang dibuat oleh Daendel
dalam segi ekonomi. Diantara kebijakannya yaitu :
- Penghapusan
system penyerahan sebagian hasil bumi pada masa Belanda (contingenten)
menjadi system sewa tanah (landrente).
- Penghapusan
system kerja rodi
- Penghapusan
system monopoli
- Penghapusan
pajak dan system wajib menyerahkan sebagian hasil bumi
Dari segi system
pemerintahan, pada masa Thomas Stamford Rffless tidak banyak mengalami
perubahan dari masa Daendels. Pulau Jawa tetap dibagi menjadi 16 keresidenan
yang dipimpin oleh para bupati. Tetapi, pada masa Thomas, telah dibentuk system
pengadilan berdasarkan pengadilan di Inggris di tiap keresidenan.
Namun, menyerahnya
Napoleon Bonaparte kepada Inggris pada tahun 1814 membuat Belanda terlepas dari
Perancis. Sebab itu, Belanda dan Inggris membuat sebuah perjanjian berupa
“Convention of London” yang isinya penyerahan kembali daerah kekuasaan Belanda
yang dulunya sempat direbut oleh Inggris kepada Belanda, termausk salah satunya
Indonesia. Maka sejak tanggal 19 Agustus 1816, terjadi penyerahan kekuasaan
Hindia Belanda kepada pemerintah Belanda di Batavia, dimana pihak Inggris
diwakili oleh John Fendall dan Belanda oleh Mr.Ellout, van der Capellen, dan
Buyskeys. Dengan dtekennya perjanjian ini, maka secara resmi, wilayah Indonesia
jatuh kembali ke tangan Belanda.
4.Masa Pemerintahan Van
Den Bosch
Setelah
pemerintah Belanda menguasai Indonesia, maka ditunjuklah Van Den Bosch sebagai
Gubernur Jenderal di Indonesia oleh pemerintah Belanda. Van Den Bosch membuat
beberapa kebijakan yang snagat merugikan Indonesia. Dia membuat system tanam
paksa, yaitu kewajiban bagi setiap peilik lahan untuk menanami tanaman yang
laku di pasar internasional, seperti teh, kina, lada, dan lain-lain. System
tanam paksa yang dibuat didasarkan oleh mengejar pemasukan pendapatan
sebanyak-banyaknya untuk menebus hutang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Perintah untuk tanam paksa ini termuat di dalam Staatblat (lembaran Negara)
no.22 tahun 1834.
Namun di dalam
pelaksanaannya, system tanam paksa mendapat kritikan dari berbagai pihak, baik
dari rakyar pribumi, maupun dari pihak Belanda sendiri, yaitu antara pihak
liberal dan humanis. Maka oleh sebab itu, system tanam paksa perlahan-lahan
mulai dihapuskan oleh pemerintah Belanda. Secara resmi, system tanam paksa
dihapus pada tahun 1870 berdasarkan atas UU landreform (UU agraria).
Untuk mengganti system
tanam paksa yang telah dihapus, Belanda membuat sitem politik terbuka, yaitu
memberi hak kepada para pribumi untuk memiliki lahan, akan tetapi, para petani
wajib menyewakannya kepada pemerintah. Dan pemerintah akan menyewakannya kepada
para pengusaha swasta dalam jangka waktu minimal 75 tahun.
D. PERBEDAAN
PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
Sesuai
dengan penjelasan yang telah dikemukakaN di atas, maka kita dapat megetahui
bersama bahwasanya terdapat perbedaan-perbedaan yang dibawa antara kolonialisme
dan imperialism di antara bangsa-bangsa Eropa itu sendiri. Perbedaan tersebut
didasarkan karena kebijakan-kebijakan yang diambil haruslah berdasarkan
kebijakan pemerintah pusat di Negara asalnya.
Di sisi
lain, kolonialisme dan imoerialisme di berbagai daerah juga mengalami perbedaan
dari berbagai sisi, hal ini karena perbedaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh masing-maisng wilayah, serta posisi strategis yang
ditempati oleh wilayah tersebut. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan pusat
pemerintahan kolonialisme dan imperialism yang dilangsungkan oleh bangsa-bangsa
Eropa.
E. MUNCULNYA
BERBAGAI PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME
Banyak
akibat yang ditimbulkan dari suatu politik kolonialisme dan imperiaisme yang
dilangsungkan oleh bangsa-bangsa Eropa di Indonesia. Pada saat pertama kali
memasuki Indonesia, bangsa-bangsa tersebut memang memiliki hubungan baik dengan
penduduk pribumi. Tetapi, seiring berjalannya waktu, mereka memainkan praktik
monopoli di daerah jajahannya. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk
memperoleh kekuasaan dan kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu,
mulai muncullah berbagai perlawanan yang dibuat oleh rakyat Indonesia terhadap
penjajah. Hal itu dapat dibuktikan dengan :
1. Perlawanan
terhadap Portugis
Perlawanan
terhadap bangsa Portugis dimulai dengan diangkatnya senjata oleh Malaka dan
Demak pada tahun 1512. Malaka yang saat itu dipimpin oleh Pate Kadir,
melangsungkan perlawanan sengit kepada pemerintah Portugis. Di samping itu,
perlawanan juga dinampakkan oleh Demak yang dipimpin oleh Pati Unus.
Perlawanan oleh rakyat
Aceh juga dimulai pada tahun 1513 untuk menyerang Portugis. Perlawanan rakyat
Aceh lebib berorientasi pada keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan dimulainya
pelayaran ke Timur tengah oleh kapal-kapal Aceh yang dilengkapi dengan meriam
lengkap serta ribuan prajurit. Aceh juga meminta bala bantuan kepada Kerjaan
Turki untuk membantu menumpaskan pengaruh Portugis.
Perlawanan oleh rakyat
Tidore pada tahun 1529, meletuslah perlawanan dari rakyar Tidore yang dibantu
oleh Spanyol terhadap Portugis, hal ini bermula saat Sultan Hairun (raja yang
memerintah kerajaan Tiodre dikhinati olehg Portugis lalu dihukum mati). Oleh
karena itu, rakyat Tidore berjuang habis-habisan untuk mengusir Portugis dari
tanah Maluku.
2. Perlawanan
Terhadap VOC
Oleh
karena kebijakan-kebijakan kongsi dagang Belanda yang memonopoli perdagangan di
wilayah Indonesia, maka dimulailah berbagai perlawanan terhadap VOC di berbagai
wilayah. Perlawanan terhadap VOC dimulai dari perlawanan rakyat Maluku. Lalu
diikuti oleh perlawanan rakyat Makassar (kerajaan Gowa), dan terakhir oleh
pemberontakan Trunajaya yang dipimpin oleh Pangeran Adipati Anom.
3. Perlawanan
terhadap Kolonial Belanda
Rakyat
Maluku kembali bergolak melihat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan pada
saat pemerintahan Belanda menguasai Indonesia. System wajib menyerahkan hasil
bumi kepada pemerintah, membuat Pattimura memimpin rakyat Saparua melakukan
perlawanan terhadap pemerintah Belanda. Mereka membakar kapal-kapal milik
Belanda di pelabuhan. Namun, perlawanan ini tidak berlangsung lama, karena
Pattimura berhasil ditangkap oleh Belanda dan dihukum gantung.
Di Sumatera Barat, pada
tahun 1815-1837, kaum padri dan kaum adat bersama-sama melakukan perlawanan
terhadap bangsa Belanda. Perlawanan dipimpin langsung oleh Tuanku Imam Bonjol
yang dibantu oleh Sentot Alibasyah. Namun, Imam Bonjol berhasil ditangkap dan
diasingkan ke Cianjur.
Selanjutnya, terdapat
perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro pada tahun 1825-1830.
Pasukan Diponegoro melakukan taktik gerilya, namun perlawanan ini berhasil
ditumpaskan oleh Belanda dengan menerapkan siasat Benteng Stelsel.
Terakhir, pada tahun
1849, perang Japarag ameletus di Bali. Perang ini bermula saat kapal Belanda
terjebak di Buleleng. Sesuai dengan hokum adat setempat, kapal yang masuk ke
daerah tersebut harus menjadi hak milik kerajaan Buleleng. Namun, belanda
menolak hal tersebut. Akhirnya meletuslah pertempuran antara Belanda dengan
Kerajaan Buleleng yang dipimpin oleh Gusti Ketut Jelantik. Sayangnya, Belanda
berhasil memenangkan pertempuran.
.
.
.
Mungkin itu materi yang
dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat yaa…
Wassalamualaikum wr.wb.
No comments:
Post a Comment