Jalan
Asia Afrika merupakan jalan yang paling tua dan sangat bersejarah dalam
pembentukan Kota Bandung. Jalan ini merupakan ruas bagian dari Jalan Groote
Postweg (Jalan Raya Pos) yang dibangun pada tahun 1811 oleh Herman Willem
Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu (1810-1811), yang mendapatkan
kehormatan ini setelah Napoleon menganggapnya berjasa dalam perang melawan
Rusia. Untuk mempertahankan Hindia Belanda dari serbuan Inggris, Daendels
kemudian membangun sebuah jalan raya, membentang sepanjang Pantai Utara Jawa
dari Anyer di ujung barat hingga Panarukan di ujung timur, berjarak kurang
lebih 1000 KM. Pembangunan ini diperkirakan menelan lebih dari 30 ribu nyawa
penduduk asli Jawa (yang dipaksa bekerja secara ‘rodi’ tanpa imbalan), akibat
kelelahan atau diserang penyakit, terutama malaria.
Saat memasuki daerah Priangan, jalan ini
ternyata berada sekitar 11 KM ke arah utara dari Krapyak (kini dikenal sebagai
Dayeuhkolot; dayeuh = kota, kolot=lama), ibukota Kabupaten Bandung saat itu.
Untuk mempermudah pengawasan, Daendels pada tahun 1810 memerintahkan Bupati
Bandung untuk segera memindahkan ibukotanya ke dekat Jalan tersebut. Lokasi
yang dipilih adalah daerah di pinggir Sungai Cikapundung yang kala itu memiliki
banyak sumber air. Kenapa harus dipindahkan? Karena pembangunan jalan
Groote Postweg di daerah priangan ternyata berselisih jarak sekitar 11 km dari
lokasi kabupaten Bandung pada saat itu, yang sekitar dayeuh kolot itu. Mungkin
Daendles berpikir kalau sebuah kota mau maju, maka kota tersebut harus mudah
diakses -artinya harus kelewatan jalan baru ini dong.
Pemindahan
ini baru rampung pada tahun 1812, ditandai dengan selesai dibangunnya Masjid
Agung dan Pendopo, dua simbol kota masing-masing di sisi barat dan sisi selatan
alun-alun. Sementara di pinggir Kota Bandung yang di’tembus’ oleh Jalan Raya
Groote Postweg dibangunlah dua gerbang (kacakaca), masing masing Kacakaca Kulon
(timur) di daerah Andir serta Kacakaca Wetan (barat) di daerah Simpang Lima
sekarang.
Pada zaman
keemasan ‘Bandung Parijs van Java’ (1920-an), jalan ini menjadi salah satu
kawasan paling ramai di Kota Bandung. Sejumlah hotel mewah seperti Preanger dan
Homann menjadi tempat menginap para turis dari mancanegara yang ingin
membuktikan keindahan Bandung. Di persimpangan jalan Braga dan Jalan Raya Pos
ini dua jalan paling terkenal di Kota Bandung dibangun sebuah societeit (club)
tempat berkumpul lapisan masyarakat atas di Kota Bandung.
Setelah kemerdekaan, jalan ini tetap
menjadi salah satu jalan utama yang menghubungkan kawasan Bandung Timur dengan
Bandung Barat. Jalan ini kembali terkenal setelah sejumlah pemimpin – pemimpin
dari negara-negara Asia paling terkenal misalnya Jawaharlal Nehru dari India, U
Nu dari Burma (kini Myanmar), dan Soekarno sendir berjalan kaki bersama-sama
menuju Gedung Societeit Concordia untuk mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA)
tahun 1955 yang menggagas independensi dan kebersamaan sejumlah negara-negara
Dunia Ketiga yang baru merdeka.
terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment